http://kkppanjangbdl.com Wed, 07 Apr 2021 06:56:54 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.4.9 http://kkppanjangbdl.com/wp-content/uploads/2019/05/cropped-logo-kkp-update-2018-400px-1-32x32.png http://kkppanjangbdl.com 32 32 http://kkppanjangbdl.com/2021/04/07/1459/ http://kkppanjangbdl.com/2021/04/07/1459/#respond Wed, 07 Apr 2021 06:56:52 +0000 http://kkppanjangbdl.com/?p=1459
]]>
http://kkppanjangbdl.com/2021/04/07/1459/feed/ 0
11 STAF KKP KELAS II PANJANG DILANTIK MENDUDUKI JABATAN FUNGSIONAL http://kkppanjangbdl.com/2021/04/06/11-staf-kkp-kelas-ii-panjang-dilantik-menduduki-jabatan-fungsional/ http://kkppanjangbdl.com/2021/04/06/11-staf-kkp-kelas-ii-panjang-dilantik-menduduki-jabatan-fungsional/#respond Tue, 06 Apr 2021 08:20:12 +0000 http://kkppanjangbdl.com/?p=1451 Bandarlampung 6 April 21: Bertempat di aula kantor, sebanyak 11 (sebelas) orang staf Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang mengikuti pelantikan sebagai pejabat fungsional pada hari ini, Selasa 6 April 2021. Pelantikan dilaksanakan secara on-line secara terpusat dari Kementerian Kesehatan di Jakarta. Pejabat yang melantik dan mengambil sumpah adalah drg. Oscar Primadi, Sekreteris Jenderal Kementerian Kesehatan, dan secara internal Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas II Panjang disaksikan langsung oleh Kepala Kantor, Kasubag ADUM, serta beberapa pejabat/Koordinator seksi yang ada.

Kesebelas nama yang mengikuti pelantikan adalah sebagai berikut: Sri Endang, SKM.MKM sebagai Sanitarian Ahli Madya, Yana Azizah,S.St sebagai Analis Pengelolaan Keuangan APBN Ahli Pertama, Neli Ariyani, S.Kom sebagai Analis Pengelolaan Keuangan APBN Ahli Pertama, Najamuddin Dalimunthe, S.Kep sebagai Perawat Penyelia, M. Aminuddin Zainal, SE sebagai Pranata Keuangan APBN Mahir, Bowo Sutrisno, Amd.Kep sebagai Perawat Mahir, Setri Endah Pratiwi, Amd.Kep sebagai Perawat Mahir, Iin Aprianingsih, Amd sebagai Pranata Laboratorium Kesehatan Mahir, Aldhie Rian Pratama sebagai Perawat Terampi, Pradita Aswitama sebagai Perawat Terampil, dan Novi Silviani sebagai Sanitarian Terampil.

Pada kesempatan tersebut, kepala kantor memberikan ucapan selamat sekaligus berpesan kepada mereka yang dilantik agar dengan adanya pelantikan pejabat fungsional ini dapat semakin meningkatkan kinerja staf, bekerja semakin profesioal, penuh semangat dan keikhlasan. Tal lupa juga disampaikan, agar para pejabat fungsional yang baru dilantik segera menyusun dupak untuk memenuhi persyaratan sesuai ketentuan. (Timred:webkkppjg)

]]>
http://kkppanjangbdl.com/2021/04/06/11-staf-kkp-kelas-ii-panjang-dilantik-menduduki-jabatan-fungsional/feed/ 0
TB dan COVID-19 http://kkppanjangbdl.com/2021/03/24/tb-dan-covid-19/ http://kkppanjangbdl.com/2021/03/24/tb-dan-covid-19/#respond Wed, 24 Mar 2021 09:22:39 +0000 http://kkppanjangbdl.com/?p=1440

Oleh: Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Pada 24 Maret 1882, Robert Koch, Ilmuwan Jerman, mempresentasikan penemuannya: kuman penyebab tuberkulosis Mycobacterium tuberculosis.

Ini penemuan amat penting karena pada masa itu tuberkulosis (TB) jadi penyebab kematian utama dunia. Kini, setiap 24 Maret, dunia memperingati Hari Tuberkulosis sedunia. Tentu maksudnya untuk terus meningkatkan komitmen kita pada pengendalian penyakit yang sudah ratusan tahun kita kenal, diagnosis dan pengobatannya jelas, tetapi setiap tahun lebih dari satu juta orang meninggal karena penyakit ini, mirip Covid-19.

Negara dengan jumlah kasus TB terbanyak di dunia adalah India, indonesia, dan China.

Pengendalian TB di kawasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara – termasuk Indonesia tadinya berjalan cukup baik. Angka notifikasi penemuan kasus TB naik dari dari 2,6 juta pada 2015 menjadi 3,36 juta di tahun 2018, atau naik sekitar 20 persen.

Artinya, semakin banyak pasien berhasil ditemukan untuk diobati karena kalau tidak, satu pasien akan dapat menulari sampai sepuluh orang sehingga TB tetap merajalela di masyarakat tak terkendali. Lalu, keberhasilan pengobatan pada TB sensitif obat naik dari 79 persen pada kohort 2014 menjadi 83 persen pada kohort 2017. Jumlah kematian juga terus menurun di kawasan Asia Tenggara, dari 758.000 di tahun 2015 menjadi 658.000 pada 2018.

Disusun beberapa kesepakatan global membuat berbagai target cukup penting yang harus dicapai di dunia. Pertemuan tingkat PBB menetapkan target, dalam kurun 2018 – 2022 dunia harus menemukan dan dan mengobati 40 juta orang , memberikan terapi pencegahan pada setidaknya 30 juta orang, ada peningkatan anggaran pengendalian TB di sejumlah negara.

Juga sudah ditetapkan target End TB Strategy, yaitu tercapianya penurunan insiden kasus TB paru 80 persen pada 2030 dan penurunan kematian akibat TB sampai 90 persen di 2030, Laporan TB Dunia 2020 yang diterbitkan Oktober 2020 dan menampilkan data 2019 menunjukkan pada 2019 di dunia ada 10 juta kasus TB dan 1,2 juta kematian, sementara di kawasan WHO Asia Tenggara terdapat 4,3 juta kasus TB dan 632.000 kematian setahunnya.

Dampak Covid-19

Dengan apa yang sudah dicapai dunia sampai 2019, dan dengan berbagai target yang sudah dibuat, tadinya diharapkan pada 2020 akan ada berbagai kemajuan amat penting dalam pencapaian dan situasi epidemiologi TB. Akan tetapi, seperti kita ketahui, pandemi Covid-19 membelenggu dunia di 2020.

Dampak Covid-19 pada TB tentu cukup dan bahkan amat besar. Beberapa pemodelan yang dibuat memperkirakan disrupsi akibat Covid-19 dapat membuat indikator kemajuan program TB dunia mundur ke situasi di 2013 – 2016, atau mundur 5-8 tahun ke belakang.

Publikasi lain menyebutkan, kalau deteksi TB global menurun rata – rata 25 persen dalam tiga bulan saja, maka akan ada peningkatan kematian akibat TB sebanyak 190.000 orang. Artinya, untuk kawasan WHO Asia Tenggara akan ada penambahan 100.000 kematian. Data lain menyebutkan, jika di 2018 ada 1,49 juta kematian akibat TB, maka akibat pandemi Covid-19, di 2020 bisa terjadi 1,85 juta kematian di dunia.

Setidaknya ada lima kemungkinan dampak Covid-19 pada TB di beberapa negara. Pertama, ada kekhawatiran masyarakat datang ke Puskesmas, klinik, dan rumah sakit (RS) karena takut tertular Covid-19. Juga ada keterbatasan aktivitas skrining dalam penemuan aktif kasus TB oleh petugas.

Kedua, dari aspek pemeriksaan laboratotium untuk memastikan diagnosis TB, ada kekhawatiran dari sebagian masyarakat untuk datang ke laboratorium, dan ada penurunan rujukan spesimen yang diperiksa. Ketiga, di sebagian negara ada disrupsi pada proses pembelian dan dan distribusi obat, atau keterbatasan obat di lapangan.

Keempat, dalam hal pengobatan dan pengawasannya, dimungkinan ada gangguan pada pelayanan di puskesmas, klinik, dan RS karena kesibukan menangani Covid-19. Juga proses monitoring, supervisi, dan pelaporan bisa menjadi terlambat. Kelima, petugas kesehatan jadi amat sibuk karena program pengendalian Covid-19.

Yang dapat dilakukan

Ada tiga hal yang perlu segera dilakukan. Pertama, perlu ada penilaian mendalam tentang situasi TB saat ini : data epidemiologinya, pencapaian program kegiatannya, serta kesiapan sumber daya yang ada.

Kedua, harus dilakukan upaya maksimal agar pelayanan dapat kembali ke setidaknya seperti masa sebelum Covid-19, Ketiga, upaya keras mengatasi ketertinggalan dalam satu tahun belakangan ini. Kasus – kasus yang belum ditemukan harus segera ditemukan, bukan hanya untuk diobati, tetapi juga memutus rantai penularan.

Dalam jjangka menengah dan panjang, ada tiga hal pula yang dapat dilakukan, Pertama, memperkuat sistem pelayanan kesehatan, pencegahan infeksi, dan juga meningkatkan keterlibatan aktif masyarakat. Kedua, dilakukan inovasi – inovasi dalam penemuan dan menjamin keberhasilan pengobatan, baik bersifat nasional atau juga spesifik lokal di daerah. Ketiga, advokasi untuk menjadikan TB suatu kegiatan kesehatan penting yang melibatkan berbagai sektor dalam pemerintahan.

Presiden Jokowi menargetkan Indonesia bebas TB pada 2030 dan menghendaki program TB dapat menggunakan pengalaman pendekatan yang dilakukan pada Covid-19.

Setidaknya ada tujuh kegiatan pengendalian COVID-19 yang dapat juga dilakukan sejalan dengan pengendalian TB. Pertama dan kedua adalah tes dan telusur kontak yang luas yang kini terus ditingkatkan untuk Covid-19, akan bail kalau dilakukan pula pada TB.

Ketiga, pencegahan infeksi dengan mencuci tangan dan memakai masker, juga akan baik untuk pencegahan TB. Data menunjukkan, penggunaan masker yang tepat dapat mengurangi kemungkinan tertular TB sampai 56 persen.

Keempat, surveilans monitoring ketat data di lapangan dari waktu ke waktu yang kita lakukan untuk Covid-19, kjuga harus dilakukan untuk TB. Kelima, penguatan sistem kesehatan secara menyeluruh. Keenam, pentingnya komunikasi risiko. Informasi ke masyarakat yang secara intensif diberikan untuk Covid-19 juga bisa dilakukan untuk penyakit TB, tidak hanya di seputar saat Hari TB Sedunia di bulan Maret ini.

Ketujuh, nilai sentral peran masyarakat untuk mengendalikan penyakit, baik Covid-19 maupun TB. Masyarakat luas bukanlah obyek program kesehatan, melainkan subyek yang berperan utama dalam kesehatan bangsa kita.

Tulisan ini telah dimuat di berita harian Kompas

]]>
http://kkppanjangbdl.com/2021/03/24/tb-dan-covid-19/feed/ 0
Maret 2021 Tepat 1 Tahun Pandemi COVID-19 http://kkppanjangbdl.com/2021/03/15/maret-2021-tepat-1-tahun-pandemi-covid-19/ http://kkppanjangbdl.com/2021/03/15/maret-2021-tepat-1-tahun-pandemi-covid-19/#respond Mon, 15 Mar 2021 00:41:58 +0000 http://kkppanjangbdl.com/?p=1429

Oleh: Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Awal bulan Maret 2021 ini kita membaca berbagai berita dan analisa tentang setahun pandemi COVID-19, yang semua dihubungkan dengan kasus pertama COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020. Sebenarnya, 2 Maret 2020 dunia belum dalam status pandemi. Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO), baru menyatakan bahwa dunia dalam pandemi COVID-19 pada 11 Maret 2020, jadi setahun pandemi COVID-19 sebenarnya adalah pada 11 Maret 2021.

Kita tahu bahwa kasus COVID-19 pertama tercatat oleh kantor WHO China pada 31 Desember 2019, karena itulah ada angka “19” sesudah kata COVID. Lalu, pada 5 Januari 2021  keadaan ini diunggah di website WHO untuk pertama kali, waktu itu masih bernama “pneumonia of unknown origin”, artinya radang paru yang belum diketahui penyebabnya. WHO dan “The International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)” baru pada 11 Februari 2020 secara resmi memberi nama “COVID-19” pada penyakit ini.

Sesudah ada informasi dari China tentang penyakit baru ini maka DirJen WHO segera membentuk “Emergency Committee”, ini sesuai aturan dalam “International Health Regulation (IHR)”. “Emergency Committee” melakukan rapat pertamanya pada 22 dan 23 Januari 2020 di mana belum sepenuhnya ada kesepakatan di antara para anggotanya. Komite ini lalu rapat lagi pada 30 Januari 2020 dan sesuai hasilnya maka DirJen WHO di hari yang sama menyatakan bahwa penyakit ini (waktu itu masih disebut sebagai “2019-nCoV”) sebagai “Public Health Emergency of International Concern” (PHEIC), suatu terminologi yang jelas tercantum dalam “International Health Regulation (IHR)”. PHEIC adalah kejadian luar biasa yang berisiko mengancam kesehatan masyarakat negara lain melalui penularan penyakit lintas batas negara dan membutuhkan tanggapan internasional yang terkoordinasi. Pada tanggal 30 Januari 2020 itu ada 7.711 kasus terkonfirmasi dan 12.167 suspek di China, dan baru ada 83 kasus di 18 negara di luar China.

Kemudian, kita tahu bahwa situasi terus meluas. Akhirnya, pada 11 Maret 2020, satu tahun yang lalu, Direktur Jenderal WHO menyatakan bahwa pandemi COVID-19 telah mulai terjadi. Pada tanggal itu baru ada 118.000 kasus di 114 negara, dan 4.291 kematian. Kini, setahun kemudian, pada 10 Maret 2021 sudah ada 117.332.262 kasus COVID-19 di seluruh dunia dan 2.605.356 orang yang meninggal. Juga, sampai 8 Maret 2021 sudah ada 268.205.245 dosis vaksin yang disuntikkan di berbagai negara di dunia.

Direktur Jenderal WHO juga sebelum ini pernah menyatakan pandemi di dunia. Pada 11 Juni 2009 Dirjen WHO ketika itu (Dr Margaret Chan) menyatakan dunia memasuki pandemi influenza H1N1. Perkembangan penyakit ketika itu lebih baik dari sekarang sehingga pada 10 Agustus 2010 maka dunia sudah masuk dalam masa pasca pandemi, “post pandemic period”. Artinya, pandemi terakhir sebelum COVID-19 ini hanya berlangsung selama 1 tahun 2 bulan saja. Ada 3 pernyataan penting yang disampaikan WHO setelah pandemi influenza H1N1 berakhir. 

Pertama, virus H1N1 penyebab pandemi nampaknya masih akan bersirkulasi di dunia walaupun pandemi sudah berakhir. Kedua, masih mungkin akan banyak pertanyaan yang belum bisa terjawab sehubungan dengan berbagai aspek pandemi ini, dan ketiga bahwa kewaspadaan tetap harus selalu terjaga untuk mengantisipasi wabah dan atau pandemi yang berikutnya.

Kita tentu harus terus berupaya keras agar pandemi COVID-19 dapat juga dikendalikan dan pada saatnya nanti dapat dihentikan, seperti juga pandemi-pandemi di masa lalu. Untuk itu, maka pelaksanaan 3M dan M-M lainnya, program 3T dan kegiatan vaksinasi harus dilakukan secara maksimal.

Tulisan ini telah dimuat di www.viva.co.id

]]>
http://kkppanjangbdl.com/2021/03/15/maret-2021-tepat-1-tahun-pandemi-covid-19/feed/ 0
Metode mRNA Vaksin COVID-19 Diteliti untuk HIV/AIDS http://kkppanjangbdl.com/2021/02/22/metode-mrna-vaksin-covid-19-diteliti-untuk-hiv-aids/ http://kkppanjangbdl.com/2021/02/22/metode-mrna-vaksin-covid-19-diteliti-untuk-hiv-aids/#respond Mon, 22 Feb 2021 10:01:57 +0000 http://kkppanjangbdl.com/?p=1408

Oleh: Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Kita sudah sama-sama mengetahui bahwa teknologi baru pembuatan vaksin melalui platform messenger RNA (mRNA) telah digunakan untuk pembuatan vaksin COVID-19 dari Pfizer/BioNTech dan juga Moderna, dengan efikasi sekitar 95 persen. Vaksin mRNA menggunakan pendekatan melaui lipid nanopartikel untuk menghantarkan bagian kecil materi genetik yang dapat memberi kode tertentu untuk membuat protein.

Dalam hal vaksin COVID-19 misalnya, yang diproses adalah membuat tonjolan (spike) SARS-CoV-2 yang digunakan oleh virus ini untuk memasuki sel tubuh manusia. Kalau vaksin ini disuntikkan ke seseorang maka akan terbentuk protein yang merangsang respons imun untuk kekebalan. Messenger RNA ini akan dengan cepat terdegradasi di dalam tubuh manusia dan tidak akan mempengaruhi gen yang ada. Tapi memang kelemahannya adalah bahwa harus disimpan di suhu “ultracold” agar tidak rusak.

Namun ternyata teknologi mRNA ini juga potensial digunakan untuk mencegah berbagai penyakit lain. Produsen Moderna misalnya beberapa waktu yang lalu mengumumkan bahwa mereka sudah memulai program baru untuk mendesain mRNA sebagai kandidat vaksin untuk HIV/AIDS, influenza dan juga virus Nipah yang belakangan disebut-sebut berpotensi pandemi pula.

Upaya menemukan vaksin untuk HIV/AIDS sudah berjalan lebih dari tiga dekade dan dan menghabiskan milyaran dolar, tetapi belum memberi hasil yang memuaskan. Virus HIV bermutasi dari waktu ke waktu dan ada banyak strain di dunia sehingga memang tidak mudah membuat vaksinnya. Saat ini yang sedang dalam penelitian tapi belum memberi hasil cukup baik adalah canarypox vector primer yang diikuti dengan ulangan penguat (booster) gp120, serta dua penelian lain, Mosaico dan Imbokodo, yang menggunakan primer adenovirus yang diikuti booster berbagai protein.

Moderna Teliti Kandidat Vaksin HIV melalui mRNA

Produsen vaksin Moderna sekarang sedang melakukan penelitian dari dua kandidat vaksin HIV melalui platform mRNA. Yang pertama adalah mRNA-1644 yang dikerjakan bersama “International AIDS Vaccine Initiative” dan juga “Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF)”. Yang kedua adalah mRNA-1574 yang dikerjakan dalam kolaborasi dengan National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat, badan yang juga berkolaborasi dengan Moderna dalam pembuatan vaksin mRNA-1273 untuk COVID-19.

Penelitiannya sekarang masih dalam fase preklinik dengan uji pada binatang percobaan. Kandidat vaksin merangsang pembentukan antibodi netralisasi yang meliputi amplop protein yang biasa digunakan virus HIV untuk masuk sel tubuh manusia. Hasil sementara ini menunjukkan proteksi yang cukup bermakna pada binatang percobaan.

Penelitian lain oleh University of Pennsylvania juga menggunakan mRNA untuk pembentukan antibodi netralisasi dengan target HIV, namanya VRC01. Penelitian ini juga masih dalam fase di pada binatang percobaan.

Selain kandidat vaksin untuk mencegah HIV/AIDS, juga ada proses oleh produsen Moderna untuk meneliti kandidat vaksin flu, yaitu mRNA-1010, mRNA-1020 dan mRNA-1030 yang akan mencakup empat jenis flu musiman yang ada. Juga sedang dikembangkan kandidat vaksin utk infeksi virus Nipah, dalam bentuk mRNA-1215.

Penggunaan pendekatan mRNA untuk pembuatan vaksin COVID-19 yang kini sudah digunakan di berbagai negara diharapkan akan berperan penting dalam penanggulangan pandemi. Penggunaan metode yang sama untuk vaksin HIV/AIDS dan penyakit lain diharapkan juga memberi hasil yang baik bagi kesehatan masyarakat. 

Tulisan ini telah dimuat di www.liputan6.com

]]>
http://kkppanjangbdl.com/2021/02/22/metode-mrna-vaksin-covid-19-diteliti-untuk-hiv-aids/feed/ 0
Vaksinasi COVID-19, Tuberkulosis dan Diabetes Melitus http://kkppanjangbdl.com/2021/02/17/vaksinasi-covid-19-tuberkulosis-dan-diabetes-melitus/ http://kkppanjangbdl.com/2021/02/17/vaksinasi-covid-19-tuberkulosis-dan-diabetes-melitus/#respond Wed, 17 Feb 2021 14:53:53 +0000 http://kkppanjangbdl.com/?p=1394

Oleh: Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 sekarang ini ada catatan khusus untuk pasien Tuberkulosis (TB) dan juga pasien Diabetes Mellitus (DM), tentang bagaimana prosedur pemberian vaksinnya. Sebagaimana tertera dalam SK Dirjen P2P Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/4/1/2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19. Untuk Pasien TB dalam pengobatan dapat diberikan vaksinasi, minimal setelah dua minggu mendapat Obat Anti Tuberkulosis. Sementara itu, pasien DM tipe 2 terkontrol dan HbA1C di bawah 58 mmol/mol atau 7,5 persen dapat diberikan vaksinasi.

Aturan ini dapat dibaca dari dua sisi, pertama untuk aspek keamanan dan kedua juga menunjukkan bahwa TB dan DM adalah bentuk faktor risiko untuk COVID-19, sehingga memang perlu dapat vaksinasi asal memenuhi syarat tertentu. Di sisi lain, perlu pula diketahui bahwa bahkan sebelum ada COVID-19 maka hubungan antara TB dan DM sudah menjadi masalah kesehatan penting, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai “Dual Epidemic TB and Diabetes”.

Orang dengan daya tahan tubuh rendah karena penyakit kronik seperti DM memang punya risiko lebih tinggi (bahkan dapat sampai tiga kali lipat) untuk mendapat TB, dibanding masyarakat pada umumnya.  Sekitar 15 persen kasus TB di dunia berhubungan dengan DM. TB juga dapat mempengaruhi toleransi glukosa yang merupakan faktor risiko untuk DM. Ternyata pada pasien DM ada peningkatan jumlah mikobakterial pada awal pengobatan, kadar obat TB rifampisin juga 53 persen lebih rendah pada pasien DM serta IFN-γ pada pasien DM juga berhubungan dengan penurunan respon imun pada infeksi TB.

DM juga secara bermakna meningkatkan kemungkinan terjadinya resisten multi obat (Multi Drug Resistance – MDR TB). Penelitian meta analisa dari 24 studi observasional di 15 negara menunjukkan bahwa DM meningkatkan asosiasi secara bermakna terjadinya MDR-TB, dengan Odds Ratio = 1.97 (95 persen CI = 1.58–2.45).

Secara umum, kemungkinan pasien TB menjadi berat, kambuh atau bahkan meninggal juga jadi lebih tinggi kalau pasiennya memiliki DM juga, apalagi yang tidak terkontrol dengan baik. Di sisi lain, di dunia -dan juga di negara kita- belum semua pasien TB dan juga pasien DM terdiagnosis sesuai waktunya dan tertangani dengan baik.

Delapan Penanganan

Dalam hal ini, ada setidaknya delapan hal penting yang dapat dan perlu dilakukan.

Pertama, perlu dilakukan deteksi dini baik untuk TB maupun DM agar penanganan dan pengobatannya dapat dilakukan dengan baik.

Kedua, sebaiknya semua pasien TB dicek tentang kemungkinan ada tidaknya DM, khususnya pada negara prevalensi TB > 100 per 100.000 penduduk; dan setiap pasien DM juga di cek apakah ada kemungkin juga mengidap TB, setidaknya mereka yang usianya 40 tahun ke atas.

Ketiga, terapi sesuai rekomendasi WHO perlu diterapkan pada mereka yang dengan kena TB dan juga DM.

Keempat, amat penting untuk dilakukan penanganan DM dengan baik untuk meminimalisir risiko mendapat TB.

Kelima, pasien TB dan DM perlu mendapat konsultasi mendalam tentang pola hidup sehat yang setidaknya meliputi pola makan yang baik, jangan merokok serta olahraga yang memadai.

Keenam, upaya pencegahan DM pada populasi juga akan berperan penting dalam pencegahan TB di komuntas pula.

Hal ketujuh, perlu dilakukan upaya bersama (joint response) untuk menjamin adanya koordinasi manajemen klinik dan juga menanggulangi masalah dalam implementasi di sistem kesehatan serta juga aspek sosial yang berpengaruh, yang dikenal social determinants of health.

Hal kedelapan, di era pandemi COVID-19 sekarang ini maka pasien TB dan juga pasien DM perlu mendapat vaksinasi COVID-19, sesuai dengan kaidah yang sudah diatur. Jangan sampai keadaan penyakit TB dan atau DM nya harus diperberat lagi dengan tertular COVID-19. 

Tulisan ini telah dimuat di www.liputan6.com

]]>
http://kkppanjangbdl.com/2021/02/17/vaksinasi-covid-19-tuberkulosis-dan-diabetes-melitus/feed/ 0
PERAN SERTA MASYARAKAT (PEMILIK TPP) DALAM MELAKSANAKAN PEMBERSIHAN DAN SANITASI TEMPAT PENGELOLAAN PANGAN SIAP SAJI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN PANJANG (Edisi khusus pencegahan penyebaran Covid-19) http://kkppanjangbdl.com/2020/12/01/peran-serta-masyarakat-pemilik-tpp-dalam-melaksanakan-pembersihan-dan-sanitasi-tempat-pengelolaan-pangan-siap-saji-di-wilayah-kerja-pelabuhan-panjang-edisi-khusus-pencegahan-penyebaran-covid-19/ http://kkppanjangbdl.com/2020/12/01/peran-serta-masyarakat-pemilik-tpp-dalam-melaksanakan-pembersihan-dan-sanitasi-tempat-pengelolaan-pangan-siap-saji-di-wilayah-kerja-pelabuhan-panjang-edisi-khusus-pencegahan-penyebaran-covid-19/#respond Tue, 01 Dec 2020 23:49:28 +0000 http://kkppanjangbdl.com/?p=1387
  • Latar Belakang
  • Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya penanggulangan pandemi Covid-19, baik dari tingkat pusat hingga ke daerah di seluruh tanah air. Termasuk dalam pengawasan Tempat Pengolahan Pangan selama masa pandemik Covid 19. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat – Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan Buku Saku Pedoman Program Pembersihan dan Sanitasi Tempat Pengolahan Pangan Edisi Khusus Pencegahan Penyebaran Covid-19.

    Pada kesempatan ini penulis mencoba merangkum/menyadur buku saku tersebut agar dapat dilaksanakan oleh Pengelola/Penjamah Pangan di Wilayah Kerja KKP Kelas II Panjang. Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang untuk melakukan pengendalian faktor risiko penyakit, antara lain pengendalian faktor risiko di Tempat Pengolahan  Pangan

    Pembersihan adalah proses menghilangkan partikel (tanah, sisa makanan, kotoran lemak, atau obyek lain) yang terlihat pada permukaan. Sanitasi adalah proses mengurangi jumlah mikroorganisme (bakteri, virus, dan lain-lain) hingga pada tingkat aman dari segi keamanan pangan dan kesehatan masyarkat.

    Diharapkan peran serta masyarakat sebagai pelaku usaha pangan siap saji yang berada di dalam wilayah Bandar Udara Radin Inten II Lampung Selatan, Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Bakauheni, dan Pelabuhan Teluk Semangka untuk melakukan pembersihan dan sanitasi di tempat pengolahan pangan siap saji, sehingga diharapkan adanya peningkatan upaya pengelolaan pangan yang aman dan sehat terutama pada situasi pandemi Covid 19.

    2. Tujuan

    Diharapkan peran serta masyarakat sebagai pelaku usaha pangan siap saji dalam meningkatkan upaya pengelolaan pangan yang aman dan sehat terutama pada situasi pandemi Covid 19.

    3. Tahapan

    1. Identifikasi area dan peralatan yang perlu dibersihkan dan disanitasi
    2. Ditunjuk Petugas yang bertanggungjawab
    3. Disusun metode/cara, prosedur, dan jadwal (waktu dan frekuensi)
    4. Monitoring dan evaluasi
    5. Buat dokumentasinya

    A. Identifikasi area, peralatan

    Program pembersihan dan sanitasi harus dapat menjangkau semua permukaan area dan peralatan

    Area dan PeralatanProses
    PembersihanSanitasi
    Area Umum
    Lantai dan dinding di sebelah area pengolahanV 
    Ganggang pintuVV
    Jendela, langit-langitV 
    Meja makanV 
    Area Produksi
    Peralatan pengelolaan pangan (wajan, panci, pisau, talenan, spatula, dll)VV
    Wadah pangan, peralatan makan (sendok, gelas, piring, mangkok, dll)VV
    Meja pengolahan pangan (meja penyiapan bahan, meja rajik, meja penyajian)VV
    Unit display panganVV
    Bak pencucian pangan dan peralatanVV
    Cerobong asap dan ventilasiV 
    Fasilitas Kebersihan Diri
    Wastafel / Tempat cuci tanganVV
    ToiletV 
    Area Penyimpanan
    Kulkas/ Lemari EsV 
    Gudang penyimpanan bahan pangan (lantai dinding, rak, kipas angin, palet)V 
    Peralatan pembersihan (lap, ember), tempat sampahV 
    Transportasi / Layanan Delivery
    Mobil / alat angkut pangan siap sajiV 

    Identifikasi area dan peralatan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing Tempat Pengolahan Pangan, misalnya untuk daerah Bandar Udara, wastafel dan toilet yang digunakan, pembersihannya dilakukan oleh pihak Angkasa Pura, sehingga Pengelola TPP tidak melakukan pembersihan

    B. Ditunjuk Petugas Pembersihan dan Sanitasi

    Petugas pembersihan dan sanitasi harus menggunakan pakaian kerja dan alat pelindung diri (APD) selama bekerja.

    Tugasnya

    1. Melakukan pembersihan dan sanitasi/disinfeksi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
    2. Mengisi form monitoring, membuat catatan, dan dokumentasi hasil pekerjaan.
    3. Membuat laporan harian dan atau laporan khusus jika ditemukan hal-hal yang meragukan / tidak sesuai di lapangan.
    4. Membersihkan dan disinfeksi pakaian kerja dan APD setiap selesai digunakan.

    C. Disusun metode, prosedur, dan jadwal (waktu dan frekuensi)

    Pembersihan dan sanitasi dapat dilakukan secara manual maupun mekanis menggunakan mesin (dishwasher macjhine) keduanya mempunyai prinsip dan langkah kerja yang sama.

    Metode Pembersihan

    1. Ketersediaan air hangat/air panas untuk membantu menghilangkan minyak/lemak
    2. Pemilihan deterjen disesuaikan dengan jenis sisa makanan dan bahan peralatan yang akan dibersihkan

    Metode Sanitasi

    1. Dapat dilakukan dengan pemanasan atau menggunakan bahan kimia.
    2. Air panas : 77⁰C / 30 detik                        – Bahan Kimia : Clorine 50ppm

    80⁰C / 20 detik                           

    85⁰C / 15 detik

    1. Bahan kimia yang digunakan harus bersifat tara pangan (food grade) dan harus ditangani secara hati-hati sesuai petunjuk/instruksi pabrik
    2. Bila akan menggunakan bahan kimia harus dari merk/produk terdaftar dan memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan.
    3. Bahan kimia disimpan secara terpisah dari pangan dalam wadah yang diidentifikasi dengan jelas.

    Prosedur Pembersihan dan Sanitasi

    Langkal-langka pembersihan dan sanitasi

    1. Pre Clean : Bersihkan sisa pangan dan bahan lainnya dari permukaan dan bilas dengan air.
    1. Wash : Cuci dengan air panas dan deterjen untuk menghilangkan sisa minyak dan pangan (rendam jika perlu)
    1. Rinse : Bilas deterjen dan sisa minyak / pangan yang terlepas
    1. Sanitize : Lakukan sanitasi (menggunakan air panas atau sanitizer) untuk menghancurkan mikroorganisme yang tersisa. Basuh sanitizer jika diperlukan.
    1. Dry : Biarkan permukaan mengering/peralatan menetes kering.

    Waktu dan Frekuensi Pembersihan dan Sanitasi

    Setiap Pengelola TPP harus punya rencana pembersihan dan sanitasi/disinfeksi terhadap semua area permukaan dan peralatan yang ada di TPP.

    Contoh jadwal

    Permukaan/ peralatanWaktuCara/MetodeBahan dan AlatPenanggungjawab/ pelaksana
    Bak/ nampanSetiap selesai digunakanBuang makanan yg tersisa di nampanBilas dengan air hangatCuci dengan deterjen dan scrubberBilas dengan air hangat bersihBiarkan mongeringDeterjen, bahan pengosokAni

    D. Monitoring dan Evaluasi

    Monitoring/pemantauan dilakukan untuk mengecek efektifitas pelaksanaan pembersihan dan sanitasi. Verifikasi dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa sistem manajemen keamanan pangan sedang dilakukan sesuai dengan rencana.

    Monitoring

    1. Dengan melakukan pemeriksaan visual.
    2. Usap alat untuk dilakukan pengujian mikrobiologis
    3. Pengujian produk pangan siap saji/pangan matang
    4. Audit kebersihan

    Verifikasi

    1. Memastikan bahwa pembersihan dan sanitasi dilaksanakan sesuai dengan prosedur termasuk kepatuhan menggunakan bahan kimia.
    2. Memastikan bahwa personil yang melaksanakan verifikasi telah berkompeten dan memiliki kualifikasi yang sesuai dan didukung dengan pelatihan dan pengalaman untuk melakukan verifikasi.
    3. Memeriksa efisiensi pembersihan dan sanitasi termasuk memverifikasi pencatatan dan pelaporan.

    E. Buat Dokumentasinya

    Setiap tahap kegiatan agar dapat di dokumentasikan.

    IV. Penutup

    Demikian pedoman program pembersihan dan sanitasi Tempat Pengelolaan Pangan Siap Saji (TPP) edisi khusus pencegahan penyebaran covid 19, semoga dapat bermanfaat.

    (SRI ENDANG K – Staf Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan KKP Kelas II Panjang)

    ]]>
    http://kkppanjangbdl.com/2020/12/01/peran-serta-masyarakat-pemilik-tpp-dalam-melaksanakan-pembersihan-dan-sanitasi-tempat-pengelolaan-pangan-siap-saji-di-wilayah-kerja-pelabuhan-panjang-edisi-khusus-pencegahan-penyebaran-covid-19/feed/ 0
    COVID-19 DI TAHUN 2021 http://kkppanjangbdl.com/2020/11/26/covid-19-di-tahun-2021/ http://kkppanjangbdl.com/2020/11/26/covid-19-di-tahun-2021/#respond Thu, 26 Nov 2020 23:00:18 +0000 http://kkppanjangbdl.com/?p=1379 Oleh: Prof. DR.dr. Tjandra Yoga Aditama, MPH-Guru Besar Paru FKUI, mantan Direktur WHO SEARO dan mantan Dirjen P2P Kemenkes RI

    JAKARTA: COVID-19 masih belum juga terkendali di dunia, dan juga di Indonesia. Tentu tak mudah untuk memperkirakan akan bagaimana pandemi inipada tahun 2021.

    Hal ini setidaknya dapat dianalisis dari lima faktor. Faktor pertama,virusnya sendiri: SARS CoV-2.Sejak Februari 2020 telah diamati adanya mutasi pada virus ini, terutama dalam bentuk D614G. Mutasi ini juga sudah dilaporkan di negara kita, selain beberapa negara ASEAN, Eropa, dan lain-lain.

    Publikasi di jurnal ilmiah 12 November 2020 membahas cukup lengkap tentang mutasi ini, dan menyampaikan tiga hal. Pertama, mutasi ini menyebab kanvirus lebih mudah menular. Kedua, untungnya tidak membuat keganasannya bertambah. Dan ketiga, untungnya lagi, ada dugaan mutasi ini mempermudahkerja antibodi netralisasi, artinya akan mempermudah vaksin bekerja memberi kekebalan. Tentu masih perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikannya.

    Di sisi lain, mutasi D614G diduga juga berperan pada tertularnya jutaan cerpelai di Eropa. Dalam hal ini ada yang agak mengkhawatirkan, yakni adanya mutasi dalam bentuk ”kluster 5” yang sedang diteliti apakah akan memengaruhi efektivitas vaksinasi nantinya.

    Mutasi lain adalah varian 20A.EU1 yang dilaporkan terjadi di Spanyol dan kemudian diduga sudah ada di lebih dari10 negara Eropa. Ada pula perubahan pada wilayah lain dari genom SARS-CoV-2. Walau ada berbagai mutasi, secara umum para ahli berpendapat tak akan ada mutasi yang betul-betul menimbulkan perubahan yang bermakna. Kalau pendapat ini benar, dan kita harapkan demikian, kita dapat berharap virus penyebab Covid-19 ini tak akan banyak mengalami perubahan yang berdampak pada pandemi di 2021.

    Faktor kedua adalah manusia. Kita semua yang sudah berbulan-bulan harus hidup dalam keadaan pandemi dengan segala keterbatasan dan dampaknya. Sebagai ilustrasi, Eropa tadinya sudah cukup baik menangani pandemi, kasus sudah terkendali, tetapi sekarang mereka mengalami gelombang kedua (second wa-ve). Kasus meningkat lagi sehingga beberapa negara kini harus menjalani second lockdown sejak awal November 2020.

    Analisis para pakar menyebutkan, salah satu penyebab pentingnya adalah ”restriction fatigue”. Rupanya orang sudah lelah dengan berbagai pembatasanaktivitas sehingga akhirnya tidak patuh lagi dan angka penularan kemudian meningkat kembali.

    Kalau ”fatigue” ini benar, dan tampaknya begitu, padahal pandemi belum setahun berjalan,maka di 2021 hal ini bisa jadi tambah meluas. Akan makin banyak orang yang sudah merasa terlalu lama terbatas aktivitasnya lalai dan tidak patuh pada protokol kesehatan. Jika hal ini terjadi ditahun 2021, tentu berakibat buruk pada situasi pandemi didunia, rantai penularan akan terus ber-jalan dan jumlah kasus akan tetap bertambah.

    DETEKSI DAN PENGOBATAN

    Faktor ketiga adalah kemampuan ilmu pengetahuan dalam mendeteksi Co-vid-19. Sekarang kita ketahui bahwa caradiagnosis pasti adalah lewat pemeriksaan tes dengan nucleic acid amplificationtest (NAAT), terutama swab hidung tenggorokan yang lalu diperiksa polymerase chain reaction (PCR). Sejak September lalu, WHO juga mengeluarkan emergency use of listing (EUL) untuk pemeriksaan deteksi antigen yang punya sensitivitas lebih dari 80 persen dan spesifisitas lebih dari 97 persen.

    Di pihak lain, juga ada berbagai penelitian untuk mendeteksi Covid-19 dengan cara yang diharapkan lebih mudah,misalnya mempersingkat ekstraksi pada proses PCR sehingga dalam 1-2 jam hasil sudah didapat, atau deteksi dengan cara meniup, pemeriksaan lewat air liur, dan lain-lain. Semua ini akan terus berkembang dan kalau memberi hasil baik di 2021, tentu akan berperan positif dalam kegiatan testing untuk penanggulangan pandemi.

    Faktor keempat adalah tentang pengobatan. Sampai sekarang belum ada obat antivirus yang benar-benar terbukti ampuh membunuh SARS-CoV-2. Obat yang kini digunakan pada dasarnya adalah obat yang sebelumnya digunakan untuk penyakit lain dan lalu, karena sifat farmakologiknya, dapat juga digunakan untuk Covid-19, walaupun belum sepenuhnya berhasil baik.

    Sejauh ini belum ada perkembangan yang sangat bermakna dalam penemuan obat ini walaupun tentu penelitian masih terus dilakukan. Publikasi terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 20 November 2020 juga masih membahas obat yang sudah dikenal, seperti remdesivir dan kortikosteroid. Kita berharap agar di 2021 penelitian obat ini akan terus digalakkan sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik.

    VAKSIN

    Faktor kelima adalah perkembangan vaksin. Banyak orang yang berharap agar vaksin dapat merupakan ”game changer” pandemi ini. Kita tahu bahwa kini ada berbagai calon vaksin yang sedang dalam proses akhir uji klinis fase ketiganya, dan setidaknya awal 2021 sudah ada yang bisa digunakan di masyarakat.

    Hanya saja, sedikitnya ada lima faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menilai dampak vaksin pada situasi pandemi di 2021, yaitu ketersediaan, efektivitas dan cakupan, lama kerja, distribusi, dan akseptabilitas masyarakat.

    Kalau memang akan disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan, vaksin baru akan mulai diproduksi akhir 2020 atau awal 2021 sehingga di masa-masa awal tentu jumlahnya belum akan cukup untuk manusia di muka bumi, jadi di 2021 ketersediaan masih belum akan optimal. Beberapa negara tentu akan berupaya mendapatkan vaksin terbaik untuk rakyatnya, dan di tingkat dunia sudah ada upaya program seperti CO-VAX yang digagas berbagai organisasi internasional.

    Pembicaraan pimpinan G-20 baru-baru ini juga membahas akses vaksin bagi semua negara. Tentang efektivitas,ada beberapa calon vaksin yang menyatakan lebih dari 90 persen, bahkan aman untuk usia lebih dari 60 tahun, dan ada juga yang efektivitasnya tak setinggi itu.Ini tentu akan memengaruhi terbentuknya herd immunity di suatu negara, yang memang dipengaruhi efektivitas vaksin,indikator penularannya (Ro), dan cakupan yang harus dilakukan.

    Makin rendah efektivitas, maka perlu cakupan yang lebih tinggi, dengan berbagai tantangannya, seperti distribusi vaksin ke seluruh pelosok negeri dengan rantai dingin yang mutlak harus terjaga.Lama kerja vaksin juga memegang peranan penting. Kalau kekebalan yang terbentuk terlalu singkat, tentu perannya dalam pengendalian pandemi jadi lebih terbatas. Hal lain, akseptabilitas masyarakat terhadap vaksin tentu jadi salah satu faktor kunci utama. Kita tahu bahwa ada saja kelompok masyarakat yang menolak divaksin dengan berbagai latar belakangnya.

    TANGGUNG JAWAB BERSAMA

    Dari lima analisis ini, tampak bahwa situasi pandemi Covid-19 di 2021 masih akan sangat bergantung banyak faktor. Adalah tanggung jawab kita semua untuk memberi peran serta terbaik untuk penanggulangan pandemi. Tentang mutasi virus, yang dapat dilakukan adalah selalu waspada mendeteksi kemungkinan perubahan yang ada, lalu menindaklanjutinya dengan tepat.

    Tentang kemungkinan orang ”lelah” menghadapi masa pandemi yang berbulan-bulan, dan sampai lebih dari setahun, maka di 2021 tidak ada jalan lain, kesadaran bersama perlu terus ditingkatkan. Ketaatan pada protokol kesehatan adalah untuk keselamatan diri kita sendiri, keluarga dan kerabat, masyarakat kita, bahkan untuk keselamatan bangsa dan dunia. Jadi, jangan pernah kendur, ini tanggung jawab kita semua.

    Tentang deteksi dan pengobatan, setidaknya ada dua yang perlu dilakukan. Pertama, kegiatan test dan treat (bersama trace) harus tetap digalakkan sebagai tulang punggung pengendalian. Kedua, jika mungkin berperan aktif dalam penelitian menemukan tes deteksi dan atau obat baru bagi penyakit ini.

    Tentang peran penting vaksin, memang ada yang jadi tanggung jawab dunia dalam hal ketersediaan vaksin untuk semua negara, ada yang tanggung jawab negara untuk penyediaan vaksin yang paling optimal bagi rakyatnya, dan ada tanggung jawab anggota masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam program vaksinasi, tentu dengan vaksin yang sudah terbukti efektif dan aman.

    Semua faktor di atas akan memengaruhi bagaimana pandemi Covid-19 di 2021. Semoga kita semua, Indonesia dan dunia, dapat bersama mengatasi pandemi terbesar selama kita hidup ini.

    Tulisan ini telah diterbitkan di Harian Kompas edisi Kamis 26 Nopember 2020

    ]]>
    http://kkppanjangbdl.com/2020/11/26/covid-19-di-tahun-2021/feed/ 0
    Apel Pagi Rutin KKP Kelas II Panjang http://kkppanjangbdl.com/2020/11/23/apel-pagi-rutin-kkp-kelas-ii-panjang/ http://kkppanjangbdl.com/2020/11/23/apel-pagi-rutin-kkp-kelas-ii-panjang/#respond Mon, 23 Nov 2020 07:02:51 +0000 http://kkppanjangbdl.com/?p=1356 Seperti awal pekan biasanya setiap hari Senin dilaksanakan apel rutin di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang. Hari Senin tanggal 23 November 2020, seluruh staf Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas II Panjang yang bertugas di kantor induk mengikuti apel pagi. Pada Senin pekan ini yang bertindak selaku Pembina apel adalah Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang, bapak R. Marjunet, SKM., M.Kes. Sedangkan yang bertindak selaku komandan apel adalah sdr M. Aminudin Zaenal, S.E yang bertindak sebagai pembaca 10 budaya malu adalah sdr. Eko Kurniawan, sebagai dirigen pemimpin lagu Indonesia Raya, Mars KKP serta Mars WBK adalah sdri. Jovita Onadea, dan sebagai pembawa acara adalah Yuliana Zahra, SKM

    Pembina apel 23 November 2020, bapak R. Marjunet, SKM., M.Kes selaku Kepala Kantor

    Dalam arahannya, pembina apel menyampaikan bahwa dalam waktu dekat akan ada kunjungan dari Irjen terkait BMN, sehingga dimohon agar staff Tata Usaha mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan. Kemudian dalam kesempatan apel ini, Bapak Kepala Kantor juga mengucapkan selamat bergabung kepada 4 PPNPN baru di Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang, diharapkan kepada PPNPN baru agar siap ditugaskan dimana saja di wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang dan juga ucapan selamat bergabung kembali kepada para pejuang Covid-19 yang telah menyelesaikan tugasnya di Wisma Atlet Pademangan. Diharapkan selanjutnya pegawai yang lain dapat bergantian bertugas disana sampai pandemi dinyatakan telah selesai. Selanjutnya beliau berpesan agar kita tetap semangat untuk mempertahankan predikat WBK yang telah kita raih. “Kita harus semangat mempertahankan predikat WBK kita selama tiga tahun kedepan agar pada tahun keempat Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang dapat memperoleh WBK Nasional dan dapat menjadi Satker percontohan bagi Satker lainnya yang belum memperoleh predikat WBK”. Demikian arahan beliau.

    Apel pagi di akhiri dengan kata mutiara “Orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal : kepercayaan, cinta dan rasa hormat.” – Ali Bin Abi Thalib- (Tim Redaksi KKP Panjang, 231120)

    ]]>
    http://kkppanjangbdl.com/2020/11/23/apel-pagi-rutin-kkp-kelas-ii-panjang/feed/ 0
    PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGAWASAN TEMPAT PENGOLAHAN PANGAN SECARA VIRTUAL DALAM MASA PANDEMI COVID-19 DI PELABUHAN BAKAUHENI-LAMPUNG http://kkppanjangbdl.com/2020/11/10/peran-serta-masyarakat-dalam-pengawasan-tempat-pengolahan-pangan-secara-virtual-dalam-masa-pandemi-covid-19-di-pelabuhan-bakauheni-lampung/ http://kkppanjangbdl.com/2020/11/10/peran-serta-masyarakat-dalam-pengawasan-tempat-pengolahan-pangan-secara-virtual-dalam-masa-pandemi-covid-19-di-pelabuhan-bakauheni-lampung/#respond Tue, 10 Nov 2020 14:17:37 +0000 http://kkppanjangbdl.com/?p=1346 LATAR BELAKANG

    BAKAUHENI-09NOP:Sudah lebih dari 8 (delapan) bulan sejak pandemi Covid-19 dinyatakan masuk ke Indonesia, dan hingga saat ini belum juga ada tanda-tanda pandemi ini akan segera berakhir. Hal tersebut terlihat dari bertambahnya angka jumlah penderita yang dari hari ke hari menunjukkan trend peningkatan. Bagi pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan, kondisi demikian tentu menyebabkan terkurasnya sumber daya yang ada. Sumber daya keuangan untuk pembiayaan penanganan pandemi, serta pengerahan sumber daya manusia kesehatan untuk menangani penderita serta upaya pemutusan mata rantai penularan Covid-19 tentu tidaklah sedikit yang dibutuhkan.

    Melihat apa yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19 ini sudah sangat maksimal, dari tingkat pusat hingga ke daerah di seluruh tanah air. Namun perlu disadari pula bahwa masalah kesehatan yang kita hadapi bukan hanya pandemi Covid-19. Banyak lagi masalah kesehatan  lain yang jauh sebelum masa pandemi Covid-19 sudah ada dan juga sudah dan sedang dilaksanakan program penanganannya dengan baik. Salah satu diantara masalah kesehatan tersebut adalah pengendalian penyakit menular yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Jika makanan yang dikonsumsi tidak diolah dengan baik, maka makanan tersebut berpotensi menyebabkan penyakit (gangguan kesehatan) bagi yang mengkonsumsinya. Disamping itu bila tempat pengelolaan pangan tidak dilakukan pembersihan dan sanitasi maka dapat menjadi sumber penularan Covid 19.

    Di pelabuhan penyeberangan Bakauhuni, dimana masyarakat yang menggunakan jasa untuk penyeberangan mencapai 10000-14000/hari,  terdapat 37 Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang berada di pelabuhan Eksekutif maupun Reguler.. Dari seluruh Tempat Pengelolaan Pangan  yang ada, yang sudah mendapatkan Stiker memenuhi syarat ada 19 Tempat Pengolahan Pangan, diharapkan ke depan seluruh TPP dapat memenuhi syarat sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1098/Menkes/ SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.

    Salah satu gerai di terminal keberangkatan pelabuhan penyeberangan Bakauheni

    PERMASALAHAN

    Pada masa pandemi Covid-19 ini, dimana sesuai protokol kesehatan kita harus mengurangi kontak/bertemu dengan orang ramai agar bisa menjaga jarak, maka pengawasan terhadap Tempat Pengelolaan Pangan tidak dapat dilakukan secara langsung (mendatangi lokasi TPP). Maka diperlukan strategi khusus agar pengawasan terhadap Tempat Pengelolaan Pangan tetap dapat dilaksanakan, tanpa melanggar aturan protokol kesehatan.

    Pengawasan TPP pada masa Pandemi Covid 19 perlu strategi khusus

    TUJUAN

    Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mencari strategi atau cara melakukan pengawasan terhadap Tempat Pengelolaan Pangan secara rutin pada masa pandemi Covid-19 tanpa melanggar aturan protokol kesehatan.

    ANALISA

    Dari hasil  pendataan dan pengawasan yang dilakukan sebelum masa pandemi Covid-19 ternyata bahwa belum seluruh Tempat Pengelola Pangan yang ada di pelabuhan penyeberangan Bakauhuni tersebut memenuhi syarat. Dari 37 TPP yang ada, baru 19 TPP yang sudah dipasang Stiker Memenuhi Syarat, sedangkan TPP lainnya belum memenuhi syarat seperti, tenaga pengelola/penjamah pangan belum seluruhnya mengikuti pelatihan, kondisi kebersihan lingkungan belum memenuhi syarat, dan lain-lain.

    Dengan melihat kondisi tersebut, jelas bahwa masih sangat diperlukan pembinaan dan pengawasan yang lebih intens terhadap semua Tempat Pengelolaan Pangan yang ada di pelabuhan penyeberangan Bakauhuni. Pembinaan dapat berupa pelatihan singkat atau workshop. Namun dikarenakan saat ini masih dalam situasi pandemic Covid-19 maka pelatihan atau workshop dapat dilakukan secara virtual dengan berbagai aplikasi yang saat ini tersedia, yakni ZOOM maupun WEBEX.

    Demikian juga dengan pengawasan terhadap Tempat Pengelolaan Pangan yang harus dilakukan secara rutin, karena tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan cara langsung atau mendatangi Tempat Pengelolaan Pangan, maka pengawasan dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan Smart Phone melalui aplikasi chatt seperti WhatsApp atau aplikasi komunikasi lainnya.

    Mekanisme pelatihan atau workshop yang dilakukan secara virtual menjadi pilihan paling tepat pada masa pandemi penyakit Covid-19 ini karena antara peserta, panitia dan nara sumber atau pemateri tidak harus kontak (bertemu) langsung, sehingga mengurangin risiko terpapar virus. Hal itu sesuai dengan protokol kesehatan. Peserta cukup membuka aplikasi chatt, ikut bergabung secara virtual dengan pertemuan yang diselenggarakan, dan dilakukan ditempat masing-masing. Panitia dapat mengatur acara pertemuan virtual ini dari tempat/kantor, dan narasumber tidak harus datang, cukup dari tempatnya berada. Sangat sederhana dan mudah.

    Untuk pengawasan secara virtual, juga dapat dilakukan melalui aplikasi chatt yang ada dengan menggunakan perangkat smart phone, yang pada saat ini hampir semua orang memilikinya.  Petugas cukup mendata nomor kontak para pengelola TPP, menginformasikan kegiatan pengawasan virtual serta memberitahukan caranya, dan selanjutnya tinggal dipraktekkan.

    Prinsipnya, pengawasan secara virtual ini dilakukan dengan cara:

    1. Petugas pengawas menentukan titik-titik atau hal-hal apa saja yang harus diawasi kepada pengelola TPP
    2. Titik-titik yang harus diawasi tersebut difoto kemudian dikirimkan kepada petugas melalui aplikasi chatt.
    3. Selanjutnya petugas memberikan umpan balik dari setiap titik yang difoto terkait bagaimana kondisi kebersihan dan atau saran apa yang diberikan.
    4. Uji petik pengawasan pada TPP akan dilaksanakan oleh Petugas KKP untuk melihat secara langsung apakah foto yang dikirim sesuai dengan yang ada di lapangan.

    Cukup sederhana dan mudah dilakukan.

    Pengelola TPP sedang mempraktekkan menfoto objek kemudian dikirim ke Petugas KKP

    KENDALA

    Kendala yang mungkin dihadapi pada kegiatan seperti ini, kemungkinan diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Signal di pelabuhan Bakauhuni yang sering tidak stabil
    2. Keterbatasan kuota internet
    3. Gangguan pada perangkat smart phone.

    KESIMPULAN

    1. Dari data Tempat Pengelolaan Pangan yang ada di pelabuhan penyeberangan Bakauhuni dimana masih banyak yang belum memenuhi persyarastan, maka perlu dilakukan peningkatan pelatihan (workshop)  dan pengawasan yang intensif.
    2. Dalam masa pandemi Covid-19 ini, dimana sesuai ketentuan protokol kesehatan harus mengurangi kontak langsung dengan orang ramai (menjaga jarak), maka pelatihan/workshop dilakukan dengan cara virtual.
    3. Pengawasan terhadap Tempat Pengelolaan Pangan di pelabuhan penyeberangan Bakauhuni pada masa pandemi Covid-19 juga dilakukan secara virtual menggunakan aplikasi chatt berbasis Smart phone.

    SARAN

    Agar kegiatan ini dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat pengelola/pemilik Tempat Pengelola Pangan, maka terlebih dahulu harus dilakukan sosialisasi tentang apa dan bagaimana kegiatan pengawasan ini akan dilakukan…(Sri Endang K, SKM.MKM)

    ]]>
    http://kkppanjangbdl.com/2020/11/10/peran-serta-masyarakat-dalam-pengawasan-tempat-pengolahan-pangan-secara-virtual-dalam-masa-pandemi-covid-19-di-pelabuhan-bakauheni-lampung/feed/ 0